Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 22 November 2010

Melek Huruf Nyokkk (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kemiskinan)

Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:

1.Orang yang tinggal di daerah tersebut
2.Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.

Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.
Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu Demografi. Berbagai aspek perilaku menusia dipelajari dalam sosiologi, ekonomi, dan geografi. Demografi banyak digunakan dalam pemasaran, yang berhubungan erat dengan unit-unit ekonmi, seperti pengecer hingga pelanggan potensial.
Ilmu Pengetahuan menurut The Liang Gie adalah sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang bersifat general, rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi milik umum (Communality, The Liang Gie, 1991).

Secara umum Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Sejak masa lalu, manusia senantiasa melalukan hal-hal tersebut, seperti eksperimen, penelitian, percobaan, menyimpulkan, dan seterusnya. Selama melakukan hal tersebut, ada yang jujur, ada pula yang tidak. Sudah banyak tokoh-tokoh yang bermunculan terkait dengan ini. Misalnya Al Khawarizmi dengan ilmunya yang hingga kini terkenal, yaitu Algoritma. Atau Ibnu Sina dengan ilmu kedokterannya, dan sebagainya. Ada juga contoh dari negeri lain, misalnya Isaac Newton yang namanya diabadikan untuk satuan berat/bobot (Newton), Archimedes, Galileo, dan lain sebagainya. Manakah yang jujur dan manakah yang tidak? Silakan Anda baca sendiri sejarah yang berhubungan dengan tokoh-tokoh tersebut. Namun harap berhati-hati, jangan salah baca buku sejarah, karena ada juga buku sejarah yang tidak jujur alias tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi.

Dari ilmu pengetahuan dan "knowledge" ini, manusia menghasilkan ilmu rekayasa (engineering, atau kejuruteraan, teknik) yang berkembang di berbagai bidang. Beberapa bidang yang berkembang dalam rekayasa ini antara lain bidang aerospace, agrikultur, komputer, kimia, industri, sipil, perangkat lunak, dll. Dengan ilmu pengetahuan dan rekayasa ini, lalu berkembanglah berbagai teknologi. Akhirnya, muncullah teknologi diberbagai bidang, antara lain teknologi pesawat terbang, teknologi nuklir, teknologi audio video, teknologi elektronik, dan sebagainya.

Teknologi adalah sebuah terminologi yang berasal dari Barat / Yunani, yaitu "technology". Dia merupakan penerapan atau implementasi dari ilmu pengetahuan dan rekayasa untuk tujuan tertentu. Tujuan tertentu ini antara lain untuk pemecahan suatu masalah (problem solving), untuk menghasilkan suatu produk, dan sebagainya.

Namun seiring dengan awal perkembangan teknologi yang berasal dari Barat, maka seringkali teknologi dikaitkan dengan ide-ide "kebarat-baratan" atau "Western", seperti Demokrasi, Freedom, Free market ekonomi, pergaulan bebas, dan sebagainya. Contohnya tidak perlu jauh-jauh, misalnya komputer atau internet. Kedua perkembangan teknologi ini seringkali 'ditunggangi' dengan ide kebarat-baratan tesebut. Sebagaimana kita ketahui, salah satu hal yang turut "mendukung" perkembangan internet adalah pornografi. Pornografi sendiri merupakan hasil budaya permisif dari Barat yang menghalalkan penampakan aurat dan perbuatan zina. Maka ketika internet masuk ke Indonesia, seolah-olah budaya pornografi tersebut "harus" turut masuk ke Indonesia.

Contoh lain misalnya televisi, di mana televisi seringkali memuat pesan-pesan hegemoni Barat. Pesan-pesan hegemoni Barat tersebut dapat kita rasakan melalui tayangan-tanyangan film atau iklan. Film yang menyampaikan "pesan" hegemoni barat tidak melulu film Barat, tapi juga film produk dalam negeri yang muatannya bahkan lebih barat dari orang barat. Dan tidak sedikit dari film dalam negeri tersebut yang merupakan jiplakan total dari ide barat.

Ilmuwan mengklaim teknologi adalah ancaman terbesar umat manusia. Pesatnya pertumbuhan teknologi akan menyebabkan manusia mengalami degradasi otak. Pernyataan ini diungkapkan oleh ilmuwan Oxford University Susan Greenfield.

Greenfield menggunakan kata perubahan pikiran untuk menggambarkan situasi yang berkembang pada kinerja otak akibat pemanfaatan komputer dalam waktu lama. Banyak ilmuwan yang terlalu cepat menyimpulkan masalah ini. Pada dasarnya, menurut Greenfield, segala sesuatu yang dilakukan manusia menyebabkan perubahan dalam kinerja otak. Namun, dampak dan konsekuensi teknologi harus diketahui dalam jangka panjang. Bagi saya, ini sama pentingnya dengan perubahan suhu di bumi, kata Greenfield. Meskipun tidak emngancam keberadaan planet, teknologi mempengarui keberadaan manusia sekaligus kualitas hidup masa depan. Di sisi lain, ahli syaraf kognitif di Tufts University, Massachusetts, Maryanne Wolf mengatakan bahwa sirkuit otak telah diasah dengan membaca buku dan berpikir. Konten ini dikhawatirkan hilang apabila kita sudah banyak menghabiskan waktu dengan komputer.

Hubungan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Melek Huruf dan Kualitas Bangsa
Kemampuan membaca diduga merupakan akar dari pengetahuan dan pemikiran manusia. Melek huruf dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain melalui pembicaraan, membaca, dan menulis, yang diaplikasikan pada kemampuan untuk memanfaatkan media massa dan berbagai teknologi informasi. Tujuan dari melek huruf adalah peningkatan taraf kehidupan masyarakat, keikutsertaan publik, penyelesaian masalah kemanusiaan, dan perluasan kapasitas individu dan sosial masyarakat. (http://indonesian .irib. ir/perspektif/2005/september 2005/buta huruf.htm) Mencoba menarik proposisi tentatif dari konsep melek huruf tersebut, tentu solusi bagi pemutusan persoalan kemiskinan di Indonesia – salah satunya – dapat diresepkan melek huruf sebagai obatnya. Konsep tentang melek huruf menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kemampuan baca tulis dan partisipasi sekolah dengan kemiskinan. Konsep tersebut juga menunjuk pada kepemilikan dan kemampuan melola informasi melalui media dan teknologi komunikasi dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial yang lain.
Data UNESCO menunjukkan, di antara setiap tujuh orang, terdapat satu orang yang tidak mampu membaca dan menulis. Di antara keseluruhan penduduk dunia yang berjumlah enam milyar, terdapat 800 juta orang dewasa yang buta huruf, dan dua pertiga di antara mereka adalah perempuan. pada dimensi yang lain, terdapat 100 juta anak usia sekolah yang tidak mendapat kesempatan untuk sekolah. Kriteria data yang nampak teramat “sederhana” mengingat perubahan besar dalam bidang teknologi informasi telah menggeser batasan dari buta huruf itu sendiri. Di sejumlah negara maju, kemampuan untuk mengakses teknologi informasi telah menjadi kriteria tambahan untuk menilai apakah seseorang termasuk dalam kategori buta huruf atau bukan!
Gerakan untuk mengurangi angka buta buta huruf di negara-negara dunia ketiga telah dimulai dalam dekade 1970-an. Namun banyak di antara negara-negara tersebut tidak berhasil melaksanakan program tersebut karena sejumlah alasan seperti krisis ekonomi dan peperangan. Itulah sebabnya, hingga abad 21 ini, sejalan dengan kemiskinan, kelaparan, dan ketertinggalan, buta huruf masih terus menjadi persoalan utama di berbagai negara dunia ketiga. Karena tingginya angka buta huruf, penduduk negara dunia ketiga sulit untuk meningkatkan taraf kehidupan mereka.
Kofi Annan, Sekjen PBB, menyatakan, “Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan baca tulis merupakan alat penting untuk memberantas kemiskinan, perluasan kesempatan pekerjaan, peningkatan kesetaraan laki-laki dan perempuan, peningkatan kesehatan keluarga, perlindungan lingkungan hidup, serta penggalakan keikutsertaan rakyat dalam proses demokratisasi. Kemampuan baca tulis adalah bagian penting dari pengajaran dan pendidikan bagi semua orang dan alat untuk mencapai kemajuan yang hakiki dan fundamental.

http://www.hdn.or.id/index.php/artikel/2006/teknologi_dan_peradaban
http://www.inilah.com/read/detail/824201/teknologi-adalah-sumber-kepunahan-manusia
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://eprints.undip.ac.id/9616/1/Edent_artikel_kemiskinan.doc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar